Jumat, 02 April 2010

Takbiran















Ini adalah anak-anak dari Musholla Nurul Huda Wanusobo, yang masing-masing bernama Siswoyo, Yasir, dan Kusian. Saat itu adalah saat-saat yang mengasyikkan. Yaitu pada malam takbiran Idul Adha. Kami semua berkumpul di Musholla untuk melantunkan takbiran, tak terkecuali anak-anak ini. Saya sangat senang, karena pengalaman pertamakali saya merasakan bagaimana rasanya takbiran bersama-sama denagan teman-teman. Sebelum itu saya pulang makan dahulu, karena perut saya terasa lapar, selain itu saat takbiran juga mengeluarkan tenaga yang banyak.

Setelah saya makan, saya kembali ke Musholla untuk melanjutkan takbiran bersama teman-teman, dan tidak samapi lupa, saya juga membawa poyah atau yang biasa disebut dengan petasan, untuk meramaikan kedaan. Selagi ada yang main poyah ada juga yang takbiran. Teman kami ada juga yang melihat pawai, tapi saya memilih untuk tidak ikut, karena saya lebih suka takbiran bersama teman-teman di Musholla. Kami takbiran sampai larut malam. Setelah merasa lelah kami pulang untuk tidur dirumah. Agar keesokan harinya bisa bangun pagi untuk mengikuti sholat Ied.


Jalan-jalan




Inilah aku dan teman-temanku, semuanya adalah teman dekat dan teman baikku. Aku dan teman-temanku adalah anak-anak dari Desa Wanusobo, Kedung, Jepara. Aku dan teman-temanku pergi jalan-jalan ke daerah batealit, tepatnya di hutan pinus (WONO PINUS SETRO) teman-temanku biasa menyebutnya tines yang berada di Desa Batealit, kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara.
Waktu itu sekolah libur, tapi sebelumnya kami semua sudah merencanakannya. Pagi-pagi sekitar jam 07.00, kita semua berkumpul dirumah salah satu teman aku yang biasa dipanggil Rombeng. Satu persatu temanku datang, tapi masih ada satu temanku yang belun datang, namanya Ipul, kerena dia disuruh membantu orang tuanya.
Setelah semuanya ada, kita langsung berangkat menuju tines, denagn menaiki tunggangannya sendiri-sendiri. Sesampainya di Desa Bawu, jalannnya mulai agak menanjak, tujuan aku dan teman-temanku adalah tines yang letaknya dilereng Gunung Muria.
Waktu itu aku tidak tahu jalan menuju kesana, karena baru pertamakali, dan sempat menanyakan kepada segerombolan orang yang berada dipinggir jalan. Setelah kami menanyakannya kami tidak dibiarkan pergi begitu saja oleh segerombolan orang tersebut. Saat itu kami dimintai uang satu motor Rp 2000. Dan setalah itu kami diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanan kami.
Setelah agak jauh kami maju dan didepan kami ada jalan bebatuan, semula kami tidak yakin bahwa itu adalah jalan menuju ke tines. Lalu kami menanyakan kepada segerombolan anak yang mau camping. Setelah kami tanya, ternyata tujuan mereka sama dengan kami. Dan ternyata benar memang ini jalan menuju ka tines. ALHAMDULILLAH kali ini orang-orang yang kami tanyai baik-baik semua. Malah menunjukkan kami jalan pintas yang cukup sulit juga siii. Aku dan teman-taman yang bawa motor naik, menanjak melewati jalan tanah yang cukup sulit dan licin, dan teman-temanku yang tidak bawa motor berjalan dengan kaki.
Disana aku menemui kesulitan dalam melewati jalan tersebut, jalannya licin sekali. Setelah sampai dijalan batu-batu saya merasa lega. Dan saya pikir perjalanan tersebut sudah selesai, tapi ternyata belum, perjalanannya masih panjang dan naik turun. Saat itu aku mau menyerah, karena bensin dikendaraanku mau habis. Aku lupa beli bensin saat mau berangkat. Karena bensin dikendaraanku mau habis, aku dan temanku rombeng mendorongnya pada saat jalan menanjak, tapi pada saat saat jalan turun aku menaikinya, dan begitu terus sampai ke tempat tujuan.
Setelah rombongan kami sampai ditujuan, kami melihat jajaran pohon pinus yang banyak, ditambahi dengan udara yang sejuk. Aku dan teman-temanku begitu terkesima saat melihatnya. Tapi memang ciptaan ALLAH SWT itu indah sekali.
Disana aku dan teman-temanku menikmati pemandangan sambil duduk-duduk. Sekitar satu jam kami disana tapi disana masih sepi, hanya segelintir orang yang datang kesana. Mungkin karena jalan yang rusak. Jadi semua orang enggan datang kesana. Padahal disana pemandangannya indah sekali, kan sayang dilewatkan begitu saja. Mungkin pemerintah Jepara perlu memperbaiki akses jalan menuju kesana. Biar masyarakat Jepara tahu, bahwa ada tempat yang bagus seperti itu.
Dan sebelum rombongan kami pulang kami sempat berfoto-foto. Setelah puas dengan hasil foto kami, kami segera bergegas pulang karena waktu sudah menunjukkan tengah hari. Tapi aku juga mampir beli bensin agar bias sampai rumah. Kami pulang melewti jalur yang sama, tapi kali ini kami pulang dengan selamat tanpa ada gangguan dari apapun. Dan ALHAMDULILLAH kami selamat sampai rumah.

Minggu, 14 Maret 2010

Pulau buangan

Pulau Buangan

Teguh dan Amir, berlibur di desa. Desa itu terletak di tepi laut. Disana kami berkenalan dengan Agus anak nelayan yang ramah. Pada suatu malam tiba-tiba kami mendengar suara sirine. Kami yakin suara itu berasal dari pulau buangan. Kata kakek Agus, banyak nelayan yang sudah pergi kesana dan diganggu oleh hantu-hantu penjahat itu.

Amir : Semalam kami mendengar suara sirine.
Agus : Ya, aku sudah berulang kali mendengarnya.
Teguh : Lantas darimana suara sirine itu?
Amir : Dari pulau Buangan, mungkin itu pekerjaan hantu-hantu penjahat.
Agus : Kalian mau tahu sebuah rahasia?
Teguh : Rahasia mengenai pulau Buangan?
Agus : Ya, tapi kalian harus berjanji untuk tutup mulut, karena aku telah membuntuti Pamanku.
Teguh & Amir : Kami berjanji!
Amir : Untuk apa ia pergi kesana?
Teguh : Mungkin ia menyimpan sesuatu.
Agus : Kita tidak akan tahu kalau tidak datang kesana.
Amir : Kenapa terdengar suara sirine kuno itu?
Teguh : Benarkah hantu penjahat itu muncul?
Agus : Diam jangan ribut, suara itu pamanku.
Amir : Ayo kita lihat apa yang sedang diperbuat pamanmu.
Teguh : Oh ternyata pamanmu, bekerja sama dengan kelompok pecinta lingkungan untuk mengawasi penyu.
Agus : Ya benar pamanku mengawasi pemburu liar yang mengancam kehidupan penyu, dan kalian berjanji cerita ini menjadi rahasia kita bertiga.

Sejak saat itu cerita pulau Buangan menjadi pengalaman yang menyanangkan. ________________________________________

Pelajaran Berharga dari Desa

Pelajaran Berharga dari Desa

Sudah 2 minggu Aris berkunjung ke Desa. Ia mempunyai beberapa teman baru, mereka adalah Indra, Ahmad, dan Rama. Teman baiknya Indra mengajak Aris jalan-jalan ke sungai. Sesampainya disana mereka melihat Ahmad dan Rama yang sedang asyik memancing.

Aris : “Hei kalian lagi ngapain?”(melambaikan tangan).
Ahmad : ”Lagi mancing ikan lele nih”.
Indra : ”Boleh ikut mancing tidak?”
Rama : ”Tentu boleh, tapi mana pancingmu?”
Indra : “He...he...he...”.
Rama : “Eee..., mau cari gratisan, bayar dulu!”
Ahmad : ”Ngomong-ngomong tidak biasanya kemari?”
Aris : ”Memangnya kenapa?’
Rama : ”Kamu kesini mau apa?”
Aris & Indra : ”Ya mau nyebur”.
Rama : ”Lebih baik jangan, berbahaya, arusnya deras!”
Aris : ”Gini aja kok nggak berani”.

Tanpa berfikir panjang Aris langsung terjun ke air, Indra bingung karena Aris tidak muncul ke permukaan. Setelah beberapa lama terdengar suara dari kejauahan.

Aris : (berteriak) ”Tolong-tolong, aku tenggelam tolo...ng!”
Ahmad : (kaget) ”In, cepat tolong Aris!”
Indra : ”Aku tidak bisa berenang, Rama kamu saja!”

Rama langsung melompat dan berenang mengejar Aris yang terseret air sampai jauh, setelah beberapa lama Aris berhasil di tangkap Rama dan dibawa ke tepi sungai. Wajah Aris terlihat ketakutan dan panik.

Rama : ”Sudahlah jangan takut lagi”.
Aris : ”terima kasih ya, kalau tadi kamu tidak menolongku apa jadinya?”
Ahmad : ”Lain kali lebih hati-hati ya!”
Indra : ”Nah sekarang bakar ikannya dulu”.

Sejak saat itu Aris tidak ceroboh lagi.








KELOMPOK:
1. ACHMAD RAMA
2. AHMAD KHOIRUDDIN
3. ARIS MIFTAHUDIN
4. INDRA ADI KURNIA

KELAS: 9 F